Thursday, May 28, 2009

Mengobati Tidur Yang Mendengkur

Your Ad Here

Kedengarannya seperti mengada-ada. Tapi, bunyi berisik saat tidur ini tidak jarang membuat penderitanya rendah diri sampai takut menikah atau pasangan suami-istri bercerai.
Simak penyebab dan cara menanggulanginya.
"Papa, Papa, bangun dong, nggak bisa tidur nih!" keluh Adi sembari menggoyang-goyangkan tubuh ayahnya yang sedang tidur karena mengeluarkan "musik" berisik dari mulutnya alias ngorok. Tak lama setelah ayahnya tertidur lagi, suara grookkk, groookkk, groookkk berkumandang lagi. Karena kesal, akhirnya Adi pindah ke kamarnya sendiri, tak jadi nimbrung di kamar ayah dan ibunya. Sementara itu ibunya sudah punya kiat sendiri untuk mengatasi suara ngorok ayahnya, dengan menyumbat telinganya pakai kapas sebelum pergi tidur.

Tersumbatnya saluran napas
Dampak ngorok dalam urusan rumah tangga itu masih belum apa-apa. "Penyakit" berisik yang satu ini bahkan bisa menunda keinginan penderita untuk menikah, bahkan menjadi salah satu penyebab perceraian.

Seorang gadis, sebut saja El, usianya sudah mencapai kepala empat tapi masih belum berani mengambil keputusan untuk menikah hanya gara-gara saat tidur suka mendengkur keras sekali. Ia takut nanti ditertawakan oleh pasangannya. Kebiasaannya itu sudah jadi bahan tertawaan teman-teman maupun saudaranya. "Mana ada pria yang mau dengan wanita yang tidurnya ngorok seperti saya?" keluhnya putus asa.
Terkadang memang serba sulit perkara yang satu ini. Si pendengkur susah, si pendengar pun terganggu. Mungkin saking tak kuasa menahan gempuran suara ngorok pasangannya setiap malam, ada yang memilih bercerai saja. Kalau kedua pasangan sama-sama pendengkur, yang terjadi barangkali satu sama lain berebut ingin lebih dulu tidur supaya tidak terganggu oleh yang tidur dan bisa ngorok lebih dulu.

Padahal, menurut data yang layak dipercaya, mendengkur diderita oleh satu dari lima orang dewasa. Penyebab mendengkur, kata Prof. Hendarto Hendarmin, dokter ahli THT di Jakarta, bermacam-macam. Bisa karena kelainan anatomi hidung (septum deviasi), adanya sumbatan oleh polip, atau alergi yang membuat selaput lendir membengkak sehingga penderita harus bernapas lewat mulut. Mendengkur bisa juga dialami anak-anak, dan biasanya akibat pembesaran amandel dan adenoid yang ada di belakang hidung.
Tapi yang pasti, dengkuran itu menandakan adanya penyumbatan di saluran pernapasan saat seseorang sedang tidur. Suara dengkuran berasal dari usaha udara untuk melewati saluran yang menyempit itu.

Secara sederhana, proses mendengkur bisa digambarkan sebagai berikut ini. Selama tidur, otot - termasuk otot pernapasan - menjadi lebih rileks dibandingkan dengan saat terjaga. Pada sebagian orang keadaan ini tidak jadi masalah. Namun pada beberapa orang, terutama yang berusia lanjut, otot yang rileks membuat saluran napas menyempit dan mengakibatkan penyumbatan. Kondisi di atas makin diperparah lagi apabila penderita dalam posisi tidur telentang, sehingga lidah yang melemas terjatuh ke belakang. Maka terjadi penyumbatan seperti leher botol. Getaran akibat turbulensi udara pada bagian lunak faring karena tekanan negatif di jalan pernapasan saat tidur itu muncul sebagai dengkur.
Yang ringan dan yang keras
Ngorok bisa dibedakan atas beberapa jenis. Ada dengkuran ringan, dengan suara halus dan berlangsung terus-menerus. Ini biasanya terjadi pada fase awal tidur dan umumnya merupakan tanda kelelahan.
Jenis lainnya adalah dengkuran keras, terputus-putus, serta diikuti entakan napas yang dalam. Dengkuran macam inilah yang patut diwaspadai karena gangguan napas jenis ini berisiko merusak organ-organ vital.

Sebagai gambaran, di Amerika Serikat diperkirakan 10 - 30% orang dewasa mendengkur. Dari jumlah itu, 5% penduduk AS memiliki kebiasaan mendengkur yang keras saat tidur dan itu menandakan ada masalah kesehatan yang serius. Kebanyakan dari 5% penduduk itu berjenis kelamin pria, berusia lebih dari 40 tahun, dan memiliki berat badan berlebih.
Yang patut diwaspadai adalah jenis dengkuran keras sampai-sampai terdengar keluar kamar. Dengkuran ini biasanya terputus beberapa saat, kemudian dilanjutkan dengan napas yang terdengar seperti dientakkan.
Kalau terjadi situasi semacam itu, berarti secara periodik orang tersebut berhenti bernapas. Napas yang terentak merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap risiko rendahnya kadar O2/CO2 dalam darah. Keadaan ini menyebabkan kualitas tidur tidak memadai dan sering dikeluhkan penderita sebagai insomnia.

Dalam istilah kedokteran, pola dengkur - henti napas ini disebut obstructive sleep apnea syndrome (OSAS) atau gangguan napas obstruktif saat tidur.
Gejala-gejala khas OSAS di antaranya sering berganti posisi tidur, mimpi tercekik atau mimpi buruk. Penderita OSAS sering terbangun pada malam hari dengan jantung berdebar. Saat bangun pagi, biasanya penderita merasa tidak cukup tidur dan kurang segar. Selain itu, penderita juga bangun pagi dengan rikuh, serba salah, mulut kering, dan sakit kepala.
Dicap anak malas
OSAS bisa juga menyerang anak-anak dengan berat badan berlebih atau yang menderita pembesaran amandel.
Seperti pada orang dewasa, OSAS juga ditandai dengan mendengkur. Gejala lain OSAS pada anak adalah suara napas yang sulit atau pola tidur - jaga yang tidak teratur.

Pada remaja, OSAS ditandai dengan rasa kantuk berlebihan pada siang hari dan prestasi sekolah memburuk. Para penderita muda ini sering dicap sebagai anak lamban atau malas.
Penderita mengeluhkan akan rasa kantuknya yang berlebihan, bahkan sampai taraf mengganggu. Penderita bisa tertidur di tempat umum, saat mengobrol, rapat, saat duduk di kursi, bahkan ketika saat menunggu lampu lalu lintas berganti hijau.
Gangguan konsentrasi dan kecenderungan menjadi pelupa merupakan akibat rendahnya kualitas dan kuantitas tidur. Perubahan tingkah laku seperti mudah tersinggung, marah, agresif, pencuriga, cemas, dan depresi sering menyertai gangguan tidur kronis pada penderita OSAS. Selain itu sekitar 28% penderita OSAS mengeluhkan penurunan hasrat seksual. Pada kaum pria, OSAS menjadi penyebab penting penurunan kemampuan ereksi (impotensi).
Pada keadaan normal, tekanan darah dan frekuensi detak jantung saat tidur lebih rendah daripada saat terjaga. Namun pada penderita OSAS justru terjadi hal yang sebaliknya. Sehingga terjadi beban tambahan terhadap kerja jantung. Keadaan ini sering dihubungkan dengan terjadinya serangan jantung saat orang tidur malam hari.

Saat penderita OSAS tidur, pasokan oksigen ke jantung menurun (karena adanya gangguan pernapasan), sedangkan kebutuhan otot jantung akan oksigen naik akibat tekanan darah dan frekuensi detak jantung yang meningkat.
Ada kecenderungan penderita OSAS meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan penelitian pada tahun 1995 oleh Lavie, 45% penderita OSAS meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah.
Jauhi penyebab
Penelitian lain oleh Koehler dan Schafer (1996) menyimpulkan, 35% penderita jantung koroner menderita OSAS.
Malahan Rangenmark dkk. (1995) menyatakan, pada penderita OSAS terjadi penurunan aktivitas penghancuran bekuan darah, sehingga makin mempertinggi risiko terjadinya penyakit koroner atau penyakit vaskuler otak (Kompas, 30 Maret 1997).
Henti napas pada penderita OSAS juga menghambat pasokan oksigen ke otak. Akibatnya, sel-sel otak kekurangan oksigen. Kondisi terburuk adalah kematian sel-sel, sama seperti stroke.
Dilaporkan oleh Palomaki dkk. (1989), 41,9% serangan stroke terjadi saat tidur, dan sekitar 70% dari penderita tersebut adalah orang dengan kebiasaan mendengkur.
Berdasarkan keterangan di atas, boleh dikatakan mendengkur merupakan indikasi penting dari adanya gangguan napas saat tidur. Namun, bila Anda mendengkur dan sebagian dari gejala OSAS dirasakan, jangan panik. Pengobatannya tidaklah serumit dan semahal akibat yang mungkin terjadi.

Anda sebaiknya melihat dulu penyebabnya. Apabila itu akibat amandel, bisa ditangani dengan operasi. Sementara kalau itu karena masalah kegemukan, maka penurunan berat badan sebanyak 10% sudah dapat melegakan napas Anda saat tidur. Hal ini diperlihatkan oleh frekuensi henti napas yang makin jarang, tidur lebih lelap, dan berkurangnya rasa kantuk pada siang hari. Disarankan agar para pendengkur tidak mengkonsumsi minuman beralkohol biarpun kadarnya rendah, terutama dua jam sebelum tidur.
Alkohol menekan pusat napas di otak, sehingga OSAS semakin berat. Obat tidur juga berakibat sama buruknya dengan alkohol bagi pendengkur. Sementara obat-obatan untuk penghilang rasa cemas, sakit kepala, atau flu sering kedapatan mengganggu napas saat tidur.
Kalau penyumbatan napas akibat rokok atau alergi, maka kurangi rokok dan jauhkan penyebab alergi. Kalau mendengkur hanya akibat tertutupnya jalan pernapasan oleh lidah yang melemas dan jatuh ke belakang, maka aturlah posisi tidur Anda. Jangan tidur telentang karena akan menyebabkan lidah yang lemas rebah ke belakang.

Belakangan ini banyak ditawarkan produk-produk untuk menangkal dengkur berupa "obat luar" seperti bantal berharga Rp 100.000,- dan obat telan. Obat telan yang belakangan dikatakan didatangkan dari AS, meskipun terbuat dari bahan-bahan alami, tapi harus hati-hati pemakaiannya.
Hal terpenting, Anda perlu mencari tahu penyebab dengkuran. Apakah karena tersumbatnya saluran pernapasan akibat posisi tidur, atau karena hal-hal lain. Jika karena hal lain, apakah komposisi tanaman obat yang dipakai pada obat antidengkur tersebut tidak mempunyai efek sampingan.

Selain itu, dalam mengkonsumsinya, perlu ditanyakan cara pakainya agar lebih efektif. Konon obat yang dimasukkan dalam kategori food supplement ini baru efektif apabila dimakan 30 - 60 menit menjelang tidur malam. Untuk orang dengan berat badan di bawah 55 kg, cukup menelan 1 pil sehari. Tetapi, untuk yang beratnya di atas 55 kg, perlu 2 pil sehari. Dampak pil tersebut akan terlihat setelah dimakan 14 - 21 hari. Amat dianjurkan untuk menjauhi makanan berlemak kira-kira 4 jam sebelum tidur.
Nah, kalau Anda mendengkur, deteksi dulu apakah itu jenis yang ringan atau yang berat. Setelah itu perhatikan gejalanya dan baru mencoba langkah-langkah penyembuhannya. Yang paling aman tentu saja datang ke dokter agar tak terjadi peristiwa yang lebih parah.

0 comments:

Post a Comment

 

Followers

Recommended Gadget

  • ads
  • ads
  • ads
  • ads

Costumize Your Own Copyright © 2009 Gadget Blog is Designed by Ipietoon Sponsored by Online Business Journal